PEMAKAIAN
HURUF
A. Huruf Abjad
◦Abjad
yang digunakan
dalam
ejaan
bahasa
Indonesia terdiri
atas
huruf
yang berikut.
B. Huruf Vokal
◦Huruf
yang melambangkan
vokal
dalam
bahasa
Indonesia terdiri
atas
huruf
a, e, i,
o,dan
u.
C. Huruf Konsonan
C. Huruf Konsonan
◦Huruf
yang melambangkan
konsonan
dalam
bahasa
Indonesia terdiri
atas
huruf-huruf
b, c, d, f,
g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan
z.
D. Huruf diftong
◦Di
dalam
bahasa
Indonesia terdapat
diftong
yang dilambangkan
dengan
ai,
au, dan
oi.
E. Gabungan Huruf Konsonan
◦Di
dalam
bahasa
Indonesia
terdapat
empat
gabungan
huruf
yang melambangkan
konsonan,
yaitu
kh,
ng,
ny,
dan
sy.
Masing-masing
melambangkan
satu
bunyi
konsonan.
F. Pemenggalan Kata
◦1.
Pemenggalan
kata pada
kata dasar
dilakukan
sebagai
berikut.
a.
Jika
di tengah
kata ada
vokal
yang berurutan,
pemenggalan
itu
dilakukan
di antara kedua
huruf
vokal
itu.
Misalnya
:
ma-in, sa-at,
bu-ah
Huruf
diftong
ai,
au, oi
tidak
pernah
diceraikan
sehingga
pemenggalan
kata tidak
dilakukan
diantara
kedua
huruf
itu.
Misalnya:
au-la bukan
a-u-la
sau-dara
bukan
sa-u-da-ra
am-boi
bukan
am-bo-I
b.
Jika
di tengah
kata ada
huruf
konsonan,
termasuk
gabungan
huruf
konsonan,
di
antara
dua
buah
huruf
vokal,
pemenggalan
dilakukan
sebelum
huruf
konsonan.
Misalnya:ba-pak,
ba-rang,
su-lit,
la-wan, de-ngan,
ke-nyang,
mu-ta-khir
c.
Jikan
di tengah
ada
dua
huruf
konsonan
yang berurutan,
pemenggalan
dilakukan
di
antara
kedua
huruf
konsonan
itu.
gabungan
huruf
konsonan
tidak
pernah
diceraikan.
Misalnya:
man-di, som-bong,
swas-ta,
Ap-ril,
bang-sa,
makh-luk
d.
Jika
di tengah
kata ada
tiga
buah
huruf
konsonan
atau
lebih,
pemenggalan
dilakukan
di
antara
huruf
konsonan
yang pertama
dan
huruf
kon
sonan
yang kedua.
Misalnya:
in-stru-men,
ul-tra,
in-fra,
bang-krut,
ben-trok,
ikh
–las
◦2.
Imbuhan
akhiran
dan
imbuhan
awalan,
termasuk
awalan
yang mengalami
perubahan
bentuk
serta
partikel
yang biasanya
ditulis
serangkai
dengan
kata dasarnya,
dapat
dipenggal
pada
pergantian
baris.
Misalnya: makan-an,
me-rasa-kan, mem-bantu, pergi-lah
PEMAKAIAN
HURUF KAPITAL DAN HURUF MIRING
A.Huruf
Kapital atau Huruf Besar
Huruf
Kapital
dipakai
sebagai
huruf
pertama
pada
awal
kalimat,
petikan
langsung, ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan, nama gelar
kehormatan, unsur nama jabatan, nama orang, nama bangsa, suku, tahun,
bulan, nama geografi, dll.
langsung, ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan, nama gelar
kehormatan, unsur nama jabatan, nama orang, nama bangsa, suku, tahun,
bulan, nama geografi, dll.
◦1.
Huruf
kapital
atau
huruf
besar
dipakai
sebagai
unsur
pertama
kata pada
awal
kalimat.
Misalnya:
Dia
mengantuk.
◦2.
Huruf
kapital
dipakai
sebagai
huruf
pertama
petikan
langsung.
Misalnya:
Adik
bertanya,
“Kapan
kita
pulang?”
◦3.
Huruf
kapital
dipakai
sebagai
huruf
pertama
dalam
ungkapan
yang berhubungan
dengan
nama
Tuhan
dan
Kitab
Suci,
termasuk
kata ganti
untuk
Tuhan.
Misalnya:
Allah, Yang Mahakuasa,
Yang Maha
Pengasih,
Alkitab,
Quran, Islam, Kristen.
◦4.
Huruf
kapital
dipakai
sebagai
huruf
pertama
nama,
gelar
kehormatan,
keturunan,
dan
keagamaan
yang
diikuti
nama
orang.
Misalnya:
Mahaputra
Yamin,
Sultan Hasanuddin,
Haji Agus
Salim,
Imam Syafii,
Nabi
Ibrahim.
◦5.
Huruf
kapital
dipakai
sebagai
huruf
pertama
unsur
nama
jabatan
dan
pangkat
yang diikuti
nama
orang atau
yang dipakai
sebagai
pengganti
nama
orang tertentu,
nama
instansi,
atau
nama
tempat.
Misalnya:
Wakil
Presiden
Adam Malik, Profesor
Supomo,
Laksamana
Muda
Udara,
Gubernur
Irian
Jaya.
◦6.
Huruf
kapital
dipakai
sebagai
huruf
pertama
unsur-unsur
nama
orang.
Misalnya:
Amir Hamzah,
Dewi
Sartika.
◦7.
Huruf
kapital
dipakai
sebagai
huruf
pertama
nama
bangsa,
suku
bangsa,
dan
bahasa.
Misalnya:
Bangsa
Indonesia,
suku
Sunda,
bahasa
Inggris
◦8.
Huruf
kapital
dipakai
sebagai
huruf
pertama
nama
tahun,
bulan,
hari,
hari
raya,
dan
peristiwa
sejarah.
Misalnya:
tahun
Masehi,
bulan
Agustus,
hari
Jumat,
hari
Lebaran,
hari
Natal, Proklamasi
Kemerdekaan
Indonesia.
◦9.
Huruf
kapital
dipakai
sebagai
huruf
pertama
nama
geografi.
Misalnya:
Asia Tenggara, Danau
Toba, Gunung
Semeru,
Jalan
Diponegoro
B.
Huruf
Miring
◦1.
Huruf
miring dalam
cetakan
dipakai
untuk
menuliskan
nama
buku,
majalah
dan
surat
kabar
yang
dikutip
dalam
tulisan.
Misalnya:
majalah
Bahasa dan
Sastra, surat
kabar
Suara
Rakyat.
◦2.
Huruf
miring dalam
cetakan
dipakai
untuk
menegaskan
atau
mengkhususkan
huruf,
bagian
kata,
kata, atau
kelompok
kata.
Misalnya:
Huruf
pertama
kata abad adalah
a.
Dia
bukan
menipu,
tetapi
ditipu.
Bab ini
tidak
membicarakan
penulisan
huruf
kapital.
◦3.
Huruf
miring dalam
cetakan
dipakai
untuk
menuliskan
nama
ilmiah
atau
ungkapan
asing,
kecuali
yang
telah
disesuaikan
ejaannya.
Misalnya:
Nama
ilmiah
buah
manggis
ialah
Carcinia mangostama.
Politik
devide
et impera pernah
merajalela
di negeri
ini.
◦Catatan
:
Dalam
Tulisan
tangan
atau
ketikan,
huruf
atau
kata yang akan
dicetak
miring diberi
satu
garis
dibawahnya.
PENULISAN KATA
A. Kata Dasar
Kata
yang berupa
kata dasar
ditulis
sebagai
satu
kesatuan.
Misalnya:
Ibu
percaya
bahwa
engkau
tahu.
Kantor pajak
penuh
sesak.
B. Kata Turunan
◦1.
Imbuhan
(awalan,
sisipan,
akhiran)
ditulis
serangkai
dengan
kata dasarnya.
Misalnya:
bergetar,
dikelola,
penetapan,
menengok,
mempermainkan.
◦2.
Jika
bentuk
dasar
berupa
gabungan
kata, awalan
atau
akhiran
ditulis
serangkai
dengan
kata yang langsung
mengikuti
atau
mendahuluinya.
Misalnya:
bertepuk
tangan,
garis
bawahi, sebar
luaskan.
◦3.
Jika
bentuk
dasar
yang berupa
gabungan
kata mendapat
awalan
dan
akhiran
sekaligus,
unsur
gabungan
kata itu
ditulus
serangkai.
Misalnya:
menggarisbawahi, menyebarluaskan, dilipatgandakan,
penghancurleburan.
penghancurleburan.
◦4.
Jika
salah
satu
unsur
gabungan
kata hanya
dipakai
dalam
kombinasi,
gabungan
kata itu
ditulis
serangkai.
Misalnya:
adipati,
aerodinamika,
antarkota, bikarbonat,
biokimia
C. Kata Ulang
Bentuk
ulang
ditulis
secara
lengkap
dengan
menggunakan
tanda
hubung.
Misalnya:
anak-anak,
buku-buku,
kuda-kuda,
mata-mata,
hati-hati
D. Gabungan Kata
◦1.
Gabungan
kata yang lazim
disebuta
kata majemuk,
termasuk
istilah
khusus,
unsur-unsurnya
ditulis
terpisah.
Misalnya:
duta
besar,
kambing
hitam,
mata
pelajaran.
◦2.
Gabungan
kata, termasuk
istilah
khusus,
yang mungkin
menimbulkan
ke
salahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan
pertalian unsur yang bersangkutan.
salahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan
pertalian unsur yang bersangkutan.
Misalnya:
anak-istri
saya,
ibu-bapak
kami.
◦3.
Gabungan
kata berikut
ditulis
serangkai.
Misalnya:
Adakalanya,
bagaimana,
barangkali
E. Kata Ganti -ku-, kau-, -mu, dan -nya
Kata
ganti
ku
dan
kau
ditulis
serangkai
dengan
kata yang mengikutinya;
-ku-,
-mu, dan
–nya
ditulis
serangkai
dengan
kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa
yang
kumiliki
boleh
kau
ambil.
Bukuku,
bukumu,
dan
bukunya
tersimpan
di perpustakaan.
F. Kata Depan di, ke, dan dari
Kata
depan
di, ke,
dan
dari
ditulis
terpisah
dari
kata yang mengikutinya,
kecuali
di dalam
gabungan
kata
yang sudah
lazim
dianggap
sebagai
satu
kata seperti
kepada
dan
daripada.
Misalnya:
Kain
itu
terletak
di dalam
lemari.
Ke
mana
saja
ia
selama
ini?
Ia
datang
dari
Surabaya kemarin.
Catatan:
Kata-kata
yang dicetak
miring di bawah
ini
ditulis
serangkai.
Si Amin lebih
tua
daripada
si
Ahmad.
Kami percaya
sepenuhnya
kepadanya.
Surat
perintah
itu
dikeluarkan
diJakarta
pada
tanggal
11 Maret
1966.
G. Kata Si dan Sang
Kata
si
dan
sang ditulis
terpisah
dari
kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Harimau
itu
marah
sekali
kepada
sang Kancil.
Surat
itu
dikirimkan
kembali
kepada
si
pengirim.
H. Partikel
◦1.
Partikel
-lah,
-kah
ditulis
serangkai
dengan
kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Bacalah
buku
itu
baik
-baik.
Apakah
yang tersirat
dalam
dalam
surat
itu?
◦2.
Partikel
pun ditulis
terpisah
dari
kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa
pun
yang dimakannya,
ia
tetap
kurus.
Hendak
pulang
pun sudah
tak
ada
kendaraan.
Catatan:
Kelompok
yang lazim
dianggap
padu,
misalnya
adapun,
andaipun,
ataupun,
bagaimanapun,
biarpun,
kalaupun,
kendatipun,
maupun,
meskipun,
sekalipun,
sungguhpun,
walaupun
ditulis
serangkai.
◦3.
Partikel
per yang berarti
‘mulai’,
‘demi’, dan
‘tiap’
ditulis
terpisah
dari
bagian
kalimat
yang mendahului
atau
mengikutinya.
Misalnya:
Pegawai
negeri
mendapat
kenaikan
gaji
per 1 April.
Mereka
masuk
ke
dalam
ruangan
satu
per satu.
I. Singkatan dan Akronim
Singkatan
ialah
bentuk
istilah
yang tulisannya
diperpendek
terdiri
dari
huruf
awalnya
saja,
menanggalkan
sebagian
unsurnya
atau
lengkap
menurut
lisannya,
Contoh
: NKRI, cm, lab.
Akronim
adalah
singkatan
yang berupa
gabungan
huruf
awal,
suku
kata, ataupun
gabungan
kombinasi
huruf
dan
suku
kata. Contoh
: rudal
( peluru
kendali
), tilang
( bukti
pelanggaran
)
J. Angka dan LambangBilangan
◦1.
Angka
dipakai
untuk
menyatakan
lambang
bilangan
atau
nomor.
Di dalam
tulisan
lazim
digunakan
angka
Arab atau
angka
Romawi.
Angka
Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 Angka
Romawi
: I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1000),
V (5.000), M (1.000.000)
◦2.
Angka
digunakan
untuk
menyatakan
ukuran
panjang,
berat,
luas,
dan
isi,
satuan
waktu,
nilai
uang,
dan
kuantitas.
PENULISAN
UNSUR SERAPAN
◦ Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing. Unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan besar.
◦ Pertama, unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle, shuttle cock. Unsur-unsur yang dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing.
◦ Kedua, unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya. Contoh: c di muka e, i, oe, dan y menjadi s (central sentral, cent sen, circulation sirkulasi, cylinder silinder)
PEMAKAIAN TANDA BACA
◦A. Tanda Titik (.)
1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan
Misalnya: Ayahku tinggal di Solo.
2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhti sar, atau daftar
Misalnya: a. III. Departemen Dalam Negeri
◦B. Tanda Koma (,)
Tanda koma dipakai diantara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
pembilangan.
Misalnya: Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
◦C. Tanda Titik Koma (;)
Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk
memisahkan kalimat yang setara dalam kalimat majemuk.
Misalnya: Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; ibu sibuk bekerja di dapur;
Adik menghafal nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik
mendengarkan siaran “Pilihan Pendengar”.
◦D. Tanda Dua Titik (:)
Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti
rangkaian atau pemerian.
Misalnya: Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan
lemari.
◦E. Tanda Hubung (-)
Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh
pergantian baris.
Misalnya: Di samping cara-cara lama itu ju-
ga cara yang baru
◦F. Tanda Pisah (―)
Tanda pisah dipakai di antara dua dilangan atau tanggal dengan arti ‘sampai
dengan’ atau ‘sampai ke’.
Misalnya: 1910―1945, Tanggal 5―10 April 1970.
◦G. Tanda Elipsis (…)
Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
Misalnya: Kalau begitu … ya, marilah kita bergerak.
◦H. Tanda Tanya (?)
Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya: Kapan ia berangkat?
◦I. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai sesuda ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan
atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakper cayaan,
ataupun rasa emosi yang kuat.
Misalnya: Bersihkan kamar itu sekarang juga!
◦J. Tanda Kurung ((…))
Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya: Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian
Kegiatan) kantor itu.
◦K. Tanda Kurung Si ku ([…])
Tanda kurung siku menapit keterangan dal am kalimat penjelas yang sudah
bertanda kurung.
Misalnya: Persamaan kedua proses ini (perbedaan nya dibicarakan di dalam Bab
II [lihat halaman 35-38] perlu dibentangkan.
◦L. Tanda Petik (“…”)
Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan
naskah atau bahan tertulis lain.
Misalnya: “Saya belumsiap,” kata Mira, “tunggu sebentar!”
◦M. Tanda Petik Tunggal (‘…’)
Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Misalnya: Tanya Basri, “Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi ?”
◦N. Tanda Garis Miring (/)
Tanda garis miring dipakaisebagai pengganti kata atau, tiap.
Misalnya: darat/laut , harganya Rp25,00/lembar ‘harganya Rp25,00 tiap lembar’
◦O. Tanda Penyingkat atau Apostrof
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka
tahun.
Misalnya: Ali ‘kan kusurati. (‘kan = akan)
Malam ‘lah tiba. (‘lah = telah)
1 Januari ’88. (’88 = 1988)
Referensi:
◦http://abasawatawalla01.blogspot.com/2013/02/ejaan-yang-disempurnakan-eyd-pengertian.html
◦http://www.slideshare.net/iePiePieP/pedoman-umum-ejaan-yang-disempurnakan-eyd
◦ Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing. Unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan besar.
◦ Pertama, unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle, shuttle cock. Unsur-unsur yang dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing.
◦ Kedua, unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya. Contoh: c di muka e, i, oe, dan y menjadi s (central sentral, cent sen, circulation sirkulasi, cylinder silinder)
PEMAKAIAN TANDA BACA
◦A. Tanda Titik (.)
1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan
Misalnya: Ayahku tinggal di Solo.
2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhti sar, atau daftar
Misalnya: a. III. Departemen Dalam Negeri
◦B. Tanda Koma (,)
Tanda koma dipakai diantara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
pembilangan.
Misalnya: Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
◦C. Tanda Titik Koma (;)
Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk
memisahkan kalimat yang setara dalam kalimat majemuk.
Misalnya: Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; ibu sibuk bekerja di dapur;
Adik menghafal nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik
mendengarkan siaran “Pilihan Pendengar”.
◦D. Tanda Dua Titik (:)
Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti
rangkaian atau pemerian.
Misalnya: Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan
lemari.
◦E. Tanda Hubung (-)
Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh
pergantian baris.
Misalnya: Di samping cara-cara lama itu ju-
ga cara yang baru
◦F. Tanda Pisah (―)
Tanda pisah dipakai di antara dua dilangan atau tanggal dengan arti ‘sampai
dengan’ atau ‘sampai ke’.
Misalnya: 1910―1945, Tanggal 5―10 April 1970.
◦G. Tanda Elipsis (…)
Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
Misalnya: Kalau begitu … ya, marilah kita bergerak.
◦H. Tanda Tanya (?)
Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya: Kapan ia berangkat?
◦I. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai sesuda ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan
atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakper cayaan,
ataupun rasa emosi yang kuat.
Misalnya: Bersihkan kamar itu sekarang juga!
◦J. Tanda Kurung ((…))
Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya: Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian
Kegiatan) kantor itu.
◦K. Tanda Kurung Si ku ([…])
Tanda kurung siku menapit keterangan dal am kalimat penjelas yang sudah
bertanda kurung.
Misalnya: Persamaan kedua proses ini (perbedaan nya dibicarakan di dalam Bab
II [lihat halaman 35-38] perlu dibentangkan.
◦L. Tanda Petik (“…”)
Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan
naskah atau bahan tertulis lain.
Misalnya: “Saya belumsiap,” kata Mira, “tunggu sebentar!”
◦M. Tanda Petik Tunggal (‘…’)
Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Misalnya: Tanya Basri, “Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi ?”
◦N. Tanda Garis Miring (/)
Tanda garis miring dipakaisebagai pengganti kata atau, tiap.
Misalnya: darat/laut , harganya Rp25,00/lembar ‘harganya Rp25,00 tiap lembar’
◦O. Tanda Penyingkat atau Apostrof
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka
tahun.
Misalnya: Ali ‘kan kusurati. (‘kan = akan)
Malam ‘lah tiba. (‘lah = telah)
1 Januari ’88. (’88 = 1988)
Referensi:
◦http://abasawatawalla01.blogspot.com/2013/02/ejaan-yang-disempurnakan-eyd-pengertian.html
◦http://www.slideshare.net/iePiePieP/pedoman-umum-ejaan-yang-disempurnakan-eyd
Tidak ada komentar:
Posting Komentar