Jumat, 23 Mei 2014

EYD (EJAAN YANG DISEMPURNAKAN)

PEMAKAIAN HURUF
    A. Huruf Abjad

   ◦Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang berikut.
     B. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o,dan u.
C. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
D. Huruf diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.
   E. Gabungan Huruf Konsonan
 ◦Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.
   F. Pemenggalan Kata
   ◦1. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.
a. Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.
  Misalnya : ma-in, sa-at, bu-ah
Huruf diftong ai, au, oi tidak pernah diceraikan sehingga pemenggalan kata tidak dilakukan diantara kedua huruf itu.
  Misalnya: au-la bukan a-u-la
                     sau-dara bukan sa-u-da-ra
                     am-boi bukan am-bo-I
b. Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan, di
antara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.
  Misalnya:ba-pak, ba-rang, su-lit, la-wan, de-ngan, ke-nyang, mu-ta-khir
c. Jikan di tengah ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. gabungan huruf konsonan tidak pernah diceraikan.
  Misalnya: man-di, som-bong, swas-ta, Ap-ril, bang-sa, makh-luk
d. Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf kon sonan yang kedua.
  Misalnya: in-stru-men, ul-tra, in-fra, bang-krut, ben-trok, ikh las
2. Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian baris.
  Misalnya: makan-an, me-rasa-kan, mem-bantu, pergi-lah

PEMAKAIAN HURUF KAPITAL DAN HURUF MIRING
A.Huruf Kapital atau Huruf Besar

Huruf Kapital dipakai sebagai huruf pertama pada awal kalimat, petikan
langsung, ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan, nama gelar
kehormatan, unsur nama jabatan, nama orang, nama bangsa, suku, tahun,
bulan, nama geografi, dll.
1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai unsur pertama kata pada awal kalimat.
  Misalnya: Dia mengantuk.
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
  Misalnya: Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan Kitab Suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
  Misalnya: Allah, Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih, Alkitab, Quran, Islam, Kristen.
4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama, gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
  Misalnya: Mahaputra Yamin, Sultan Hasanuddin, Haji Agus Salim, Imam Syafii,      Nabi Ibrahim.
5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
  Misalnya: Wakil Presiden Adam Malik, Profesor Supomo, Laksamana Muda      Udara, Gubernur Irian Jaya.
6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
  Misalnya: Amir Hamzah, Dewi Sartika.
7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
  Misalnya: Bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Inggris
8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
  Misalnya: tahun Masehi, bulan Agustus, hari Jumat, hari Lebaran, hari Natal,      Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
  Misalnya: Asia Tenggara, Danau Toba, Gunung Semeru, Jalan Diponegoro
B. Huruf Miring
1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
  Misalnya: majalah Bahasa dan Sastra, surat kabar Suara Rakyat.
2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
  Misalnya: Huruf pertama kata abad adalah a.
       Dia bukan menipu, tetapi ditipu.
     Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital.
3. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
  Misalnya: Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostama.
     Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.
Catatan :
Dalam Tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring diberi satu garis dibawahnya.

PENULISAN KATA
A. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
  Misalnya: Ibu percaya bahwa engkau tahu.
                     Kantor pajak penuh sesak.

B. Kata Turunan
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
  Misalnya: bergetar, dikelola, penetapan, menengok, mempermainkan.
2. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
  Misalnya: bertepuk tangan, garis bawahi, sebar luaskan.
3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulus serangkai.
  Misalnya: menggarisbawahi, menyebarluaskan, dilipatgandakan,
  penghancurleburan.
4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
  Misalnya: adipati, aerodinamika, antarkotabikarbonat, biokimia

C. Kata Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
  Misalnya: anak-anak, buku-buku, kuda-kuda, mata-mata, hati-hati

D. Gabungan Kata
1. Gabungan kata yang lazim disebuta kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.
  Misalnya: duta besar, kambing hitam, mata pelajaran.
2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan ke 
    salahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan
    pertalian unsur yang bersangkutan.
    Misalnya: anak-istri saya, ibu-bapak kami.
3. Gabungan kata berikut ditulis serangkai.
      Misalnya: Adakalanya, bagaimana, barangkali

E. Kata Ganti -ku-, kau-, -mu, dan -nya
Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku-, -mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
  Misalnya: Apa yang kumiliki boleh kau ambil.
                     Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.

F. Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
 Misalnya: Kain itu terletak di dalam lemari.
                    Ke mana saja ia selama ini?
                    Ia datang dari Surabaya kemarin.
Catatan:
Kata-kata yang dicetak miring di bawah ini ditulis serangkai.
  Si Amin lebih tua daripada si Ahmad.
  Kami percaya sepenuhnya kepadanya.
  Surat perintah itu dikeluarkan diJakarta pada tanggal 11 Maret 1966.

G. Kata Si dan Sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya: Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.
                     Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim.
H. Partikel
1. Partikel -lah, -kah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
  Misalnya: Bacalah buku itu baik -baik.
                     Apakah yang tersirat dalam dalam surat itu?
2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
  Misalnya: Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus.
                    Hendak pulang pun sudah tak ada kendaraan.
Catatan:
Kelompok yang lazim dianggap padu, misalnya adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun ditulis serangkai.
3. Partikel per yang berartimulai’, ‘demi’, dantiapditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.
  Misalnya: Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.
                    Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.
 ISingkatan dan Akronim
  Singkatan ialah bentuk istilah yang tulisannya diperpendek terdiri dari huruf awalnya saja, menanggalkan sebagian unsurnya atau lengkap menurut lisannya, Contoh : NKRI, cm,  lab.

  Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, suku kata, ataupun gabungan kombinasi huruf dan suku kata. Contoh : rudal ( peluru kendali ), tilang ( bukti pelanggaran )

J. Angka dan LambangBilangan
1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi. Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1000), V (5.000), M (1.000.000)
2. Angka digunakan untuk menyatakan ukuran panjang, berat, luas, dan isi, satuan waktu, nilai uang, dan kuantitas.

PENULISAN UNSUR SERAPAN
◦  Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing. Unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan besar.
◦  Pertama, unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle, shuttle cock. Unsur-unsur yang dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing.
Kedua, unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya. Contoh: c di muka e, i, oe, dan y menjadi s (central sentral, cent sen, circulation sirkulasi, cylinder silinder)

PEMAKAIAN TANDA BACA
A. Tanda Titik (.)
1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan
Misalnya: Ayahku tinggal di Solo.
2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhti sar, atau daftar
Misalnya: a. III. Departemen Dalam Negeri

B. Tanda Koma (,)
Tanda koma dipakai diantara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
pembilangan.
Misalnya: Saya membeli kertas, pena, dan tinta.

C. Tanda Titik Koma (;)
Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk
memisahkan kalimat yang setara dalam kalimat majemuk.
Misalnya: Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; ibu sibuk bekerja di dapur;
Adik menghafal   nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik
mendengarkan siaranPilihan   Pendengar”.

D. Tanda Dua Titik (:)
Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti
rangkaian atau pemerian.
Misalnya: Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan 
lemari.

E. Tanda Hubung (-)
Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh
pergantian baris.
Misalnya: Di samping cara-cara lama itu ju-
                  ga cara yang baru
F. Tanda Pisah (―)
Tanda pisah dipakai di antara dua dilangan atau tanggal dengan artisampai
denganatau sampai ke’.
 Misalnya: 1910―1945, Tanggal 5―10 April 1970.

G. Tanda Elipsis (…)
Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
 Misalnya: Kalau begituya, marilah kita bergerak.

H. Tanda Tanya (?)
Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya: Kapan ia berangkat?

I. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai sesuda ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan
atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakper cayaan,
ataupun rasa emosi yang kuat.
Misalnya: Bersihkan kamar itu sekarang juga!

J. Tanda Kurung ((…))
 Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya: Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian
Kegiatan)     kantor itu.

K. Tanda Kurung Si ku ([…])
Tanda kurung siku menapit keterangan dal am kalimat penjelas yang sudah
bertanda kurung.
Misalnya: Persamaan kedua proses ini (perbedaan nya dibicarakan di dalam Bab
II     [lihat halaman 35-38] perlu dibentangkan.

L. Tanda Petik (“…”)
Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan
naskah atau bahan tertulis lain.
Misalnya: “Saya belumsiap,” kata Mira, “tunggu sebentar!”

M. Tanda Petik Tunggal (‘…’)
Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Misalnya: Tanya Basri, “Kau dengar bunyikring-kringtadi ?”

N. Tanda Garis Miring (/)
Tanda garis miring dipakaisebagai pengganti kata atau, tiap.
Misalnya: darat/laut , harganya Rp25,00/lembarharganya Rp25,00 tiap lembar

O. Tanda Penyingkat atau Apostrof
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka
tahun.
  Misalnya: Ali kan kusurati. (‘kan = akan)
                    Malam lah tiba. (‘lah = telah)
                    1 Januari ’88. (’88 = 1988)







Referensi:
http://abasawatawalla01.blogspot.com/2013/02/ejaan-yang-disempurnakan-eyd-pengertian.html
http://www.slideshare.net/iePiePieP/pedoman-umum-ejaan-yang-disempurnakan-eyd

Tidak ada komentar:

Posting Komentar